Fakfak – Menjadi seorang guru adalah tugas mulia karena memiliki tanggung jawab besar yaitu mencerdaskan generasi penerus, namun menjadi guru di desa atau kampung terpencil memiliki tantangan tersendiri.
Sosok guru muda, Samalan Mauw S.Pd, dalam Keterbatasan fasilitas sebagai seorang guru SD Inpres di kampung Otoweri, Distrik Tomage, Kabupaten Fakfak, Provinsi Papua Barat, Ia tetap melaksanakan tugasnya.
Berawal dari sering membagikan aktivitas mengajar dan mencari bahan makananan disela-sela rehatnya, di sosial media, mendorong, redaksi PrimaRakyat.com untuk mewawancarai dan mengetahui kisah dan pengalaman menarik Samalan Mauw lebih jauh.
Alan sapaan akrab, dihubungi sore itu, setelah menjaring ikan dilaut untuk persediaan beberapa hari, dan makan malam bersama istri dan anaknya.
“Maaf baru bisa terima telepon, baru selesai menjaring untuk persediaan dan makan malam,” ujar Alan saat dihubungi, Selasa (07/11/2023).
Rasa was-was sempat menghantui saat tahu akan ditempatkan di kampung otoweri, yang cukup terisolir. Alan harus menempuh perjalanan jauh yang menghabiskan banyak waktu untuk sampai ke tempat tugasnya, Kampung Otoweri.
“Was-was karena tempat tugas tersebut terisolir dengan perjalanan yang memakan waktu dan biaya yang cukup besar dari penghasilan perbulan namun apa boleh buat harus dinikmati dan disyukuri, ini tugas dan tanggung jawab,” imbuhnya.
Sebagai seorang guru Ia harus terus belajar dan membuat perubahaan ditempat Ia ditugaskan.
Selain mengajar, Alan memiliki pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, yakni berkebun dan menangkap ikan atau hasil laut lainnya.
Hasil berkebun dipekarangan rumah guru nan sederhana, menghasilkan beberapa jenis sayuran yang baru ditanamanya beberapa minggu setelah menempati rumah guru itu.
Ikan dan hasil tanggapan laut lainnya, selain untuk dikonsumsi, biasanya, dijual kepada warga kampung, atau ditukar di kios sembako.
“Saya selain ngajar, saya harus berkebun dan memancing, untuk persediaan makanan dan ditukar atau dijual,”
Disini kebutuhan pokok sangat mahal bro, asal rajin saja, InsyAllah bisa makan,” sambung Alan dalam perbincangan via telepon.
Aktivias mengajar, berkebun dan memancing sangat didukung sang istri yang juga seorang guru SD dikampung Otoweri.
Kendala yang dihadapi Alan selain jarak tempat tugas yang jauh dari Kota dan pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang sangat mahal dikampung, ternyata proses belajar mengajar juga perlu diperhatikan secara serius.
Alan berkisah, banyak masalah yang dihadapi saat mengajar di SD Inpres Otoweri. Mulai dari mendidik anak-anak dengan keterbatasan dan kekurangan dari segi jumlah siswa/siswi, keterlambatan peserta didik hingga keterbatasan guru, namun, itu tidak mematahkan semangatnya untuk mengajar.
“Demi tugas dan tanggung jawab sebagai guru kita harus siap membuat terobosan baru sehingga semangat dan motivasi belajar siswa meningkat walaupun fasilitas juga terbatas,” jelas Alan.
“Mohon agar mari sama-sama jaga fasilitas dan yang kurang agar ditambahkan oleh Pemerintah Daerah,” lanjutnya.
Sembari teleponan, Alan kemudian mohon ijin untuk rehat sembari menyiapkan diri menyambut Magrib.
“Kira-kira begitu, kisah saya di kampung seperti ini, ijin pamit dulu ya,” pungkasnya.
Samalan Mauw sudah menjadi guru honorer sejak 2009 hingga 2014 dan 2014 hingga 2021 menjadi guru kontrak daerah. 2021 hingga sekarang telah diangkat menjadi Guru ASN PPPK Angkatan pertama. Samalan Mauw juga dikenal sebagai mantan Atlet lari jarak pendek, 100 M dan Menengah 400 M, Prestasinya sudah mencapai tingkat Nasional kala itu. (jm/pr)
Tinggalkan Balasan