Fakfak – Persoalan sampah di kabupaten Fakfak semakin memprihatinkan. Saat datang musim penghujan, maka bibir pantai reklamasi dan laut Fakfak akan dipenuhi dengan sampah, penyebab utamanya karena masyarakat sering membuang sampah tidak pada tempatnya.

Setumpuk sampah pada selokan di dalam kota Fakfak pun sudah menjadi pemandangan yang biasa. Ini bertolak belakang dengan prestasi kabupaten Fakfak yang sudah beberapa kali menerima penghargaan Adipura, salah satunya pada  tahun 2014 silam.

Masalah sampah ini seperti tak ada ujungnya, hal ini kemudian mendorong sekelompok anak muda berjumlah 8 orang, dari komunitas Jejak Hijau untuk melakukan sosialisasi dan aksi nyata.

komunitas Jejak Hijau adalah komunitas yang bergerak dalam bidang lingkungan terutama masalah sampah. Komunitas ini bergerak dengan visi “Transformasi mental – Peduli Lingkungan. Uniknya Komunitas ini lahir dari kesadaran  diri akan perubahan sehingga komunitas ini tidak memiliki koordinator.

“kami bukan hanya sekedar buat event tapi kami ingin mendukung program pemerintah yaitu program berkelanjutan lewat inovasi- inovasi lingkungan dan juga perubahan mental karena kami percaya mental atau sikap kepedulian dimulai dari diri sendiri, jelas James perwakilan Komunitas Jejak Hijau saat dihubungi Selasa (31/10/2023) .

“Untuk mendukung program berkelanjutan, kami pun berkolaborasi tidak hanya dengan berbagai komunitas lainnya tapi juga dengan Bank Sampah, Sobat Hijau Papua untuk memberikan edukasi bahwa, sampah pun bisa punya nilai yang bermanfaat.” sambung James.

Memulai komunitas yang bergerak pada isu lingkungan dan fokus pada masalah sampah bukanlah  hal yang mudah, perlu kesadaran penuh dari diri sendiri.

Motivasi Komuntias Jejak Hijau datang dari kesepekatan bersama bahwa, kota Fakfak adalah kota indah yang harus dijaga dan dirawat, terutama mengenai lingkungan dan sampah.

”Fakfak adalah kota yang indah. tapi dibalik keindahan itu mulai timbul rasa atau sikap acuh tak acuh terhadap sampah. Masalah sampah di Fakfak pun kian memburuk dan tidak ada penyelesaian yang jelas. Kebiasaan membuang sampah di selokan dan dilaut sudah dirasa normal saja oleh masyarakat. Perlu diketahui Fakfak adalah kota penyumbang sampah 12 ton/tahun kelaut. Miris, ini mengancam habitat dan ekosistem dilaut,” tutur James.

Persoalan sampah yang sangat memprihatinkan tersebut ini, mendorong Komunitas Jejak Hijau melakukan sosialiasi dan aksi nyata.  James mengatakan bahwa, sosilasisasi Komunitas Jejak Hijau sudah dilakukan hampir seluruh sekolah di kota Fakfak, meski saat ini masih fokus pada tingkat  SMP dan SMA.

“Kami masih fokus pada SMP dan SMA, hasilnya sosilasinya sangat memuaskan, Harapan kami agar sekolah menjadi contoh bukan hanya berpendidikan secara ilmu tapi juga sikap kepedulian lingkungan,” ujarnya.

Tidak hanya itu, Ia juga menambahkan bahwa komunitas Jejak Hijau sudah berkolaborasi dengan Bank Sampah dan akan segera mendirikan Bank Sampah, dimana Unit ini adalah skala yang lebih kecil cakupannya di sekolah dan RT/RW di Kabupaten Fakfak.

Sedangkan aksi nyata lainya, baru-baru ini dilakukan pada tanggal 28 Oktober 2023 kemarin. Aksi ini juga dalam rangka memeriahkan Hari Sumpah Pemuda. Aksi bersih-bersih ini melibatkan komunitas lainya dan beberapa siswa sekolah tingkat SMP dan SMA, berlokasi di depan kantor Pengadilan Negeri Fakfak, RT12, Kelurahan Wagom.

“kami bersyukur banyak yang mendukung dan masih banyak yang peduli dengan lingkungan, kami juga menggandeng beberapa siswa yang mengerjakan project dari sampah jadi barang kerajinan tangan yang memiliki desain yang bagus dan juga daya tarik yang tinggi,” imbuhnya.

Diakhir wawancara James mewakili komunitas Jejak Hijau berharap agar Pemerintah Kabupaten Fakfak dapat berkolaborasi dengan Komunitas-komunitas peduli lingkungan untuk menuntaskan persoalan sampah. Ia juga berharap masyarakat memiliki kesadaran untuk tidak lagi membuang sampah sembarangan.

“Dengan adanya Bank Sampah di Kabupaten Fakfak, masyarakat bisa memulai dengan memisahkan sampah antara sampah organic dan sampah anorganic, nanti sampah anorganic bisa dibawa ke Bank Sampah untuk ditukarkan dengan tabungan uang,” tutupnya. (jm/pr)