Oleh: Muzadi, S.Pd.I, Kepala SMK Muhammadiyah Banda Aceh

Di tengah lanskap dunia kerja yang terus berubah, dengan kebutuhan industri yang semakin spesifik dan kompetitif, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) seharusnya tampil sebagai primadona pendidikan. Namun sayangnya, sebagian masyarakat masih menganggap SMK sebagai pilihan “kelas dua”, hanya dipilih ketika SMA tidak memungkinkan.

Pandangan ini bukan hanya keliru, tapi juga merugikan generasi muda. Sebab sejatinya, SMK adalah pintu gerbang menuju dunia kerja yang lebih cepat, lebih terarah, dan lebih teruji. Di SMK, siswa tidak hanya dijejali teori, tetapi langsung dibekali keterampilan praktis—mulai dari teknik mesin, tata boga, desain grafis, hingga teknologi informasi.

Melalui program Praktik Kerja Lapangan (PKL), peserta didik merasakan atmosfer dunia industri sesungguhnya, baik di perusahaan swasta, BUMN, maupun instansi pemerintahan. Kurikulum yang diterapkan pun sudah mengusung konsep link and match dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), sehingga lulusan SMK lebih siap pakai dibandingkan lulusan SMA yang cenderung berorientasi pada pendidikan lanjutan.

Beberapa SMK bahkan telah mengembangkan Teaching Factory (Tefa)—model pembelajaran berbasis produksi barang dan jasa layaknya industri riil. Di sinilah mental kerja, etos produksi, dan kreativitas siswa diasah secara intensif.

Yang tak kalah penting, SMK juga menanamkan semangat kewirausahaan. Para siswa diajak berpikir sebagai kreator lapangan kerja, bukan sekadar pencari kerja. Tak sedikit alumni SMK yang sukses membangun bisnis di usia belia—sebuah bukti konkret bahwa kemandirian bisa ditanam sejak bangku sekolah.

Lebih dari itu, sertifikasi kompetensi profesi yang diberikan kepada lulusan SMK menjadi modal penting. Sertifikat ini tak sekadar selembar kertas, melainkan pengakuan atas keahlian yang diakui secara nasional bahkan internasional. Di tengah dunia kerja yang makin berbasis skill, ini adalah senjata pembeda yang signifikan.

Maka, pertanyaannya kini: masihkah kita ragu menyekolahkan anak di SMK?

Sudah saatnya masyarakat Aceh—dan Indonesia secara umum—menggeser paradigma usang. SMK bukan sekolah alternatif, melainkan institusi strategis untuk membentuk generasi unggul: terampil, mandiri, dan kompetitif di pasar global.

Investasi terbaik hari ini bukan hanya pada pendidikan tinggi, tetapi pada pendidikan yang membekali keterampilan hidup. Dan SMK telah membuktikan dirinya sebagai jalan nyata menuju masa depan. (—)

Dapatkan berita terupdate dari PrimaRakyat.Com di: