Fakfak – Kepala Bidang Pembinaan SMP, SMA, dan SMK, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Fakfak, Mansur Ali, S.Pd, M.Si berharap guru dan kepala sekolah dapat memahami arah kebijakan yang disampaikan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) terutama terkait perubahan-perubahan kurikulum yang akan diterapkan ke depannya.
Mansur Ali menegaskan meskipun saat ini pihaknya masih menunggu kepastian perubahan kebijakan yang akan diimplementasikan, persiapan menuju penerapan pendekatan pembelajaran berbasis Deep Learning atau Kurikulum Pendidikan Nasional akan menjadi fokus pada tahun 2025.
Sebagai Ketua Panitia Penyelenggara Bimbingan Teknis (Bimtek) Kurikulum Pendidikan jenjang SMP, SMA, dan SMK tahun 2024 menghimbau semua pihak terkait dalam dunia pendidikan untuk memanfaatkan momentum Bimtek dengan baik.
“Kami ingin semua insan pendidikan di Kabupaten Fakfak siap menghadapi kebijakan baru demi pembangunan generasi bangsa yang lebih baik,” ujar Mansur.
Ia juga menyoroti pentingnya menyesuaikan pendekatan pembelajaran dengan tantangan demografi Indonesia, di mana bonus demografi dan dominasi usia muda memerlukan strategi pendidikan yang tepat. Langkah perbaikan dalam kurikulum ini, menurutnya, bertujuan menciptakan generasi muda yang siap menghadapi era Indonesia Emas tahun 2045.
Ia berharap pelaksanaan Bimtek ini dapat menjadi pijakan awal dalam menyelaraskan kebijakan nasional dengan kebutuhan lokal.
“Semua upaya ini bermuara pada kebaikan bangsa dan mencetak generasi yang unggul untuk masa depan Indonesia,” tuturnya.
Diketahui, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Abdul Mu’ti, baru-baru ini menyampaikan rencananya untuk mengevaluasi implementasi Kurikulum Merdeka di Indonesia.
Sejak diperkenalkan pada tahun 2022 oleh Menteri Nadiem Makarim, kurikulum ini menitikberatkan pada fleksibilitas pembelajaran serta pengembangan karakter siswa melalui metode berbasis proyek.
Namun, Prof. Abdul Mu’ti berpendapat bahwa sistem pendidikan Indonesia perlu lebih adaptif untuk menghadapi tantangan abad ke-21 dan mempertimbangkan penerapan metode “Deep Learning” sebagai alternatif atau pelengkap.
Apa Itu “Deep Learning” dalam Pendidikan?
“Deep Learning” dalam konteks pendidikan berbeda dengan pembelajaran berbasis proyek seperti yang diterapkan dalam Kurikulum Merdeka. Metode ini fokus pada pemahaman mendalam terhadap konsep-konsep kunci, mengurangi cakupan materi, namun dengan kedalaman yang lebih tinggi.
Dalam pendekatan ini, siswa tidak hanya memahami konsep, tetapi juga diharapkan mampu mengaitkannya dengan situasi nyata. Misalnya, metode pengajaran berbasis masalah (problem-based learning) diterapkan untuk membentuk kemampuan berpikir kritis dan analitis.
Perbandingan Kurikulum Merdeka dengan “Deep Learning”
- Fokus dan Pendekatan Pembelajaran
Kurikulum Merdeka menitikberatkan pada fleksibilitas dan kebebasan belajar. Pendekatan ini memberi ruang bagi siswa untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka melalui proyek-proyek mandiri, sehingga proses belajar lebih menyenangkan dan personal. Dengan begitu, siswa diharapkan lebih termotivasi dan dapat memilih topik sesuai ketertarikan mereka.
Di sisi lain, Deep Learning berfokus pada kedalaman dan kualitas pemahaman. Pendekatan ini mendorong siswa untuk mendalami satu topik secara intensif, yang menuntut pengajar untuk mengeksplorasi materi pelajaran hingga ke akar-akarnya, dengan konteks yang relevan dan aplikatif. Siswa diajak memahami konsep secara mendalam dan mengaitkannya dengan kehidupan nyata, sehingga kemampuan analitis mereka lebih terasah.
- Metode Pengajaran
Dari segi metode, Kurikulum Merdeka mengusung pembelajaran berbasis proyek yang variatif. Guru dan siswa memiliki fleksibilitas dalam menentukan proyek atau topik yang ingin dipelajari, membuat proses belajar lebih dinamis dan kreatif.
Sebaliknya, Deep Learning cenderung menitikberatkan pada pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning) serta analisis mendalam. Dalam metode ini, siswa diberikan masalah kompleks untuk diselesaikan, yang mengharuskan mereka berpikir kritis dan menemukan solusi dengan pendekatan analitis. Pendekatan ini lebih fokus pada pemecahan masalah nyata, sehingga siswa terbiasa berpikir kritis dan terbuka terhadap berbagai kemungkinan solusi.
- Kurikulum yang Adaptif
Pada Kurikulum Merdeka, siswa memiliki keleluasaan untuk memilih jalur pembelajaran yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Hal ini dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan siswa dalam proses belajar. Sebagai contoh, di jenjang SMA, peminatan jurusan ditiadakan, sehingga siswa bebas memilih mata pelajaran yang mereka minati.
Sementara itu, Deep Learning lebih fokus pada pendalaman konsep-konsep yang terbatas namun kompleks. Dalam metode ini, siswa diajak untuk memahami materi secara lebih menyeluruh dan mendalam, meskipun topik yang dipelajari lebih sedikit.
Pendekatan ini memerlukan pengajaran yang intensif dan dukungan infrastruktur yang memadai, sehingga tantangan utamanya adalah kesenjangan fasilitas antar sekolah.
Tantangan Implementasi “Deep Learning”
Penerapan “Deep Learning” bukan tanpa kendala. Prof. Abdul Mu’ti menyadari adanya tantangan dari segi kesiapan tenaga pengajar, ketersediaan sarana dan prasarana, serta perubahan budaya belajar.
Untuk mencapai hasil yang optimal, metode ini membutuhkan pelatihan bagi guru dan fasilitas pendidikan yang memadai, terutama di wilayah yang infrastrukturnya belum merata. Tantangan ini harus diatasi agar “Deep Learning” dapat diterapkan secara efektif di seluruh Indonesia.
Dampak “Deep Learning” bagi Siswa
Metode “Deep Learning” diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan adaptif siswa. Dengan memahami materi secara mendalam, siswa akan lebih siap menghadapi tantangan dunia nyata dan persaingan global.
Namun, keberhasilan metode ini bergantung pada dukungan berbagai pihak, mulai dari pemerintah, sekolah, hingga orang tua siswa.
Pergeseran dari Kurikulum Merdeka ke “Deep Learning” ini diharapkan dapat membawa perubahan positif bagi pendidikan nasional, dengan catatan bahwa perencanaan dan dukungan dari seluruh elemen masyarakat sangat dibutuhkan.
Bagi para pelajar, metode ini adalah kesempatan untuk menggali potensi secara maksimal dan mempersiapkan diri menghadapi tantangan masa depan yang semakin kompleks. (pr)
Dapatkan berita terupdate dari PrimaRakyat.Com di:
Tinggalkan Balasan