Fakfak – Jemaat Gereja Kristen Injili (GKI) Imanuel Fakfak menggelar ibadah syukur memperingati dua momentum besar dalam sejarah kekristenan di Tanah Papua, yakni satu abad Nubuatan Izaak Samuel Kijne (1925–2025) dan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-69 GKI di Tanah Papua.
Ibadah berlangsung khidmat di GKI Imanuel Fakfak, Minggu pagi (26/10/2025) pukul 09.00 WIT.
Perayaan HUT GKI tahun ini mengusung tema “Yesus Kristus Membebaskan dan Mempersatukan” dengan subtema “Sehati Beriman Menuju Peradaban Papua Baru.”
Ibadah dipimpin Pendeta Frangki Paksoal, S.Th, yang membawakan khotbah bertema “Iman yang Mempersatukan Kita” berdasarkan bacaan dari Ibrani 11:1–40.
“Shalom, jemaat yang dikasihi Tuhan. Hari ini kita bersyukur karena boleh merayakan dua momen besar yang penuh makna iman. Tanggal 26 Oktober 2025 menandai usia ke-69 Gereja Kristen Injili di Tanah Papua, dan sehari sebelumnya, 25 Oktober 2025, kita mengenang satu abad nubuatan Izaak Semuel Kijne yang menjadi tonggak lahirnya peradaban orang Papua,” ujarnya.
Pendeta Paksoal mengutip kembali kalimat legendaris I.S. Kijne: “Di atas batu ini saya meletakkan peradaban orang Papua. Sekalipun orang memiliki kepandaian tinggi, akal budi dan marifat, tetapi tidak dapat memimpin bangsa ini, baru setelah ia menyanyikan lagu dan menerima diri, ia dapat memimpin bangsanya sendiri.”
Kalimat tersebut, lanjutnya, bukan sekadar ungkapan sejarah, tetapi menjadi simbol iman dan pendidikan yang membentuk jati diri masyarakat Papua.
“Peradaban Papua dibangun di atas dasar iman kepada Kristus. Karena itu, gereja harus terus memelihara iman itu agar tetap hidup dalam kasih dan persaudaraan,” katanya.
Dalam refleksi khotbahnya, Pendeta Paksoal mengajak jemaat belajar dari tokoh-tokoh iman dalam Kitab Ibrani, mulai dari Habel, Henokh, Nuh, Abraham, Musa, hingga Rahab.
“Iman bukan sekadar perasaan yakin, tetapi keyakinan yang menuntun tindakan. Iman membuat seseorang berani melangkah, walau jalan belum terlihat jelas,” ujarnya.
Ia menambahkan, perjalanan panjang GKI di Tanah Papua selama 69 tahun bukanlah hal yang mudah.
Banyak tantangan dan pergumulan yang harus dihadapi gereja, baik dalam pelayanan rohani maupun dalam membangun kehidupan umat di berbagai pelosok Papua.
“Namun jika kita jujur, yang membuat gereja ini tetap berdiri hingga kini bukan kekuatan manusia, melainkan karena iman yang bekerja dalam kasih dan kesetiaan Tuhan,” katanya.
Pendeta Paksoal juga mengingatkan kembali pesan klasik yang disampaikan I.S. Kijne hampir seabad lalu, “Barang siapa bekerja di tanah ini dengan setia, jujur, dan taat, maka ia akan berjalan dari tanda heran yang satu ke tanda heran yang lain.”
Kalimat itu, terbukti nyata dalam perjalanan GKI yang kini tumbuh menjadi gereja besar yang mempersatukan umat di seluruh Tanah Papua.
Di hadapan jemaat, ia mengajak seluruh umat GKI untuk terus meneladani iman para tokoh Alkitab.
“Belajarlah dari Habel tentang persembahan yang tulus, dari Henokh tentang hidup bergaul dengan Allah, dari Nuh tentang ketekunan, dari Abraham tentang ketaatan, dari Musa tentang pengorbanan, dan dari Rahab tentang keberanian,” katanya.
Menutup khotbahnya, Pendeta Paksoal menegaskan, GKI di Tanah Papua harus terus melangkah dengan iman yang mempersatukan dan menghidupkan harapan.
“Kiranya GKI, khususnya Jemaat Imanuel Fakfak, terus berdiri teguh di atas iman yang sama. Iman yang mempersatukan kita dengan Allah yang setia, iman yang menuntun langkah kita sampai kepada janji kekal di dalam Kristus Yesus. Tuhan memberkati kita semua,” pintanya.
Reporter/Editor: Salmon Teriraun)
Dapatkan berita terupdate dari PrimaRakyat.Com di:










Tinggalkan Balasan