Oleh: Andreas Luturmas
Setelah pelantikan Bupati dan Wakil Bupati Kepulauan Tanimbar periode 2025–2030, gema seruan “Tanimbar Bersatu” kembali menggugah semangat banyak kalangan. Visi besar “Tanimbar Maju” di bawah kepemimpinan baru menyalakan asa akan kemajuan daerah yang Mandiri, Adil, Jujur, Unggul, dan Berkelanjutan. Namun di tengah gegap gempita itu, muncul satu pertanyaan mendasar: di manakah posisi pemuda Tanimbar dalam narasi besar perubahan ini? Apakah mereka akan tercekik oleh kepentingan, terlentang dalam kepasrahan, atau justru melenting dengan semangat pembaruan?
Bupati Ricky Jawerisa menyerukan agar seluruh elemen masyarakat, termasuk generasi muda, bersatu mewujudkan visi daerah. Seruan itu sejalan dengan pesan Bung Karno yang melegenda: “Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Pemuda selalu menjadi poros perubahan, penggerak ide besar bangsa. Namun, seperti diingatkan Drs. Mohammad Hatta, perjuangan sejati justru terletak pada pertanyaan reflektif: “Apa yang telah saya berikan untuk bangsa ini?” Sebuah pertanyaan yang layak direnungkan oleh setiap anak muda Tanimbar pada momentum Hari Sumpah Pemuda ke-97 tahun ini.
Kita patut bersyukur, karena geliat kaum muda Tanimbar hari ini cukup terasa. Mereka aktif di dunia aktivisme, sosial-politik, jurnalisme, hingga pemerintahan dan sektor swasta. Namun, di balik dinamika ini, muncul fenomena yang mengundang keprihatinan. Pertama, organisasi kemasyarakatan dan kepemudaan (OKP) seolah berlomba mendekati kekuasaan, membelah diri ke dalam kelompok koalisi, oposisi, dan mereka yang memilih netral. Kedua, kepentingan pribadi dan kelompok masih menjerat kuat, melahirkan “utang politik” yang menggerus idealisme.
Di sinilah pentingnya kesadaran independensi. Pemuda yang tercekik kepentingan akan kehilangan jati diri—menjadi “kuda delman” tanpa arah dan visi. Pemuda yang terlentang pasrah dalam zona nyaman akan kehilangan daya juang. Namun pemuda yang melenting, justru karena tekanan, akan memantul lebih tinggi. Ia berani bersuara, berani berbuat, dan berani berdiri di garis perubahan tanpa harus tunduk pada kepentingan sesaat.
 
Hari ini, sejarah menantang pemuda Tanimbar untuk menentukan sikap. Akan memilih tercekik, terlentang, atau melenting?
Selamat Hari Sumpah Pemuda ke-97.
Semoga dari bumi Tanimbar, lahir generasi muda yang tak hanya bangga dengan daerahnya, tetapi juga berani mengguncang stagnasi dengan karya nyata dan integritas tinggi. (-)
Dapatkan berita terupdate dari PrimaRakyat.Com di:


 
													







 
										 
										 
										 
										 
										 
										
Tinggalkan Balasan