Oleh: Dr. Ronald Helweldery, M.Si (Salah Satu Akademisi)
Politik itu ruang terbuka publik yang dalam praktiknya selalu penuh dengan hiruk pikuk. Tapi banyak yang memilih taktik menyerang dan menjatuhkan pihak lain, saling menyerang dan mendiskreditkan.
Sementara lupa bahwa yang paling utama adalah kedepankan apa yang mau dibuat untuk rakyat dan daerah ini dalam bentuk paket-paket visi dan misi, tujuan dan sasaran serta strategi dan langkah-langkah juang merealisasikan visi, misi, tujuan dan sasaran dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat.
Kampanye menuju pesta demokrasi kiranya makin dewasa terkait dengan pendidikan politik bagi rakyat. Kiranya setiap pilkada akan menunjuk pada kamajuan dan perubahan yang makin baik.
Hal ini penting, karena bila tidak ada kemajuan dan perubahan dalam kultur politik kita, akan menguatkan stigmatisasi bahwa setiap Pilkada hanya akan melahirkan ‘rejim atau rejimasi penguasa politik.’ Fenomena rejim Pilkada ini bukan barang baru. Fenomena politik ini muncul dalam aneka ragam praktik nepotisme dan kolusi misalnya.

Jangan kita lupa bahwa masyarakat memiliki anutan-anutan nilai etik dan moral politik yang baku, yang selama ini seolah ditumpuk dan dibelokkan oleh kekuatan politik uang atau dalam istilah halusnya ‘biaya politik’.
Pertimbangan-pertimbangan moral-etik rakyat dalam politik ini tidak bisa dikaburkan selamanya. Karena masyarakat memiliki suara hati dan memori sosial sebagai penakar dan penimbang dasariah atas kondisi politik.
Mari kita kembangkan kedewasaan berpolitik dalam ruang publik untuk membangun kultur atau budaya politik yang kokoh dan polite serta konstruktif dan berkelanjutan.
Pilkada bukan sekedar tarung rebut kekuasaan, tetapi adalah ruang bersama berupaya menakar dan melahirkan pemerintahan yang baik dan bersih demi kesejahteraan rakyat dan kemajuan daerah. (—)
Tinggalkan Balasan