
Oleh: Anina Manaha S.Pd.Gr (Guru)
Di ruang kelas yang sunyi, kami berdiri tegak,
menyulam cahaya di tengah gelap,
menyemai harapan di tanah kering,
meski lidah negeri terkadang menyebut kami beban.
Tugas mulia terpatri dalam dada,
mengimpikan lahirnya generasi berbakti.
Kami tak menuntut berlebih,
hanya secercah kewarasan hidup
dan kepastian untuk menatap masa depan.

Setiap hari kami menuliskan cerita,
dari jiwa yang bening tanpa noda
hingga hati yang ternoda oleh tinta kehidupannya sendiri.
Tinta yang mengering di jari kami adalah darah,
yang rela kami tukarkan demi mimpi anak bangsa.
Suara yang keluar dari kerongkongan kami adalah doa,
agar negeri ini tak kehilangan arah.
Guru, sebuah kata agung,
meski tak pernah bertahta di singgasana mana pun.
Setiap detik, setiap helaan nafas,
nadi kami tak pernah berhenti
menyalakan mentari di hati anak-anak bangsa.

Guru adalah aset bangsa,
penopang peradaban,
penggerak roda pendidikan,
sumber inspirasi,
dan investasi masa depan.
Guru bukanlah beban,
melainkan cahaya yang menuntun bangsa menuju kejayaan.
Namun beban yang kami pikul
tak sebanding dengan yang kami terima.
Buku, pulpen, tas, dan kertas
telah lama habis kami korbankan,
namun secuil emas pun tak kunjung kami temukan.
Kini hati kami retak, rapuh.
Bukan karena lelah mengajar.
Bukan karena gaji yang tak seberapa.
Bukan pula karena tunjangan yang tak pernah tiba.
Tetapi karena kata-kata yang menusuk
dari kursi tinggi yang seharusnya menjadi pelindung.
Berilah kami setitik harapan,
agar kewarasan tetap terjaga,
agar impian tetap terukir di sana.
Wahai pemimpin yang bertahta,
dengarkanlah tangisan kami yang sunyi.
Kuatkanlah kami dalam mengemban amanah ini.
Sebab tak sedikit dari kami merasa menjadi anak tiri bangsa.
Ada yang berteriak lantang menuntut belas kasih,
ada pula yang menangis diam
dalam setiap sujud di hening malam.
Namun di balik luka ini,
kami tetap berdiri,
sebab di tangan-tangan kecil itu
ada masa depan yang sedang tumbuh.
Kami percaya,
meski jalan berliku dan penuh duri,
suatu hari negeri ini akan benar-benar mengerti
bahwa guru bukan sekadar pelayan pendidikan,
melainkan pilar yang menjaga cahaya peradaban. (—)
Dapatkan berita terupdate dari PrimaRakyat.Com di:
Tinggalkan Balasan