Fakfak — Di tengah dominasi politeknik besar dari kota-kota utama di Indonesia, secercah cahaya datang dari tim mahasiswa Politeknik Negeri Fakfak (Polinef), Papua Barat.
Tim yang menamakan diri PALANG ini berhasil menorehkan prestasi bersejarah dengan meraih Juara Pertama Overall dalam ajang Kompetisi Mahasiswa Informatika Politeknik Nasional (KMIPN) VII Tahun 2025, mengungguli lebih dari 160 proposal dari politeknik ternama di seluruh Indonesia.
Kemenangan ini bukan hanya soal teknologi, tetapi tentang semangat, keberanian, dan tekad anak muda dari ujung timur Indonesia untuk membuktikan bahwa kualitas dan inovasi tak mengenal batas geografis.
Senjata utama tim PALANG adalah karya yang mereka beri nama SIPEKA singkatan dari Sistem Pengaduan Kamtibmas Digital Terintegrasi AI Face Recognition dan Chatbot WhatsApp.
Aplikasi ini digagas oleh tiga mahasiswa jurusan teknik informatika: Haikal Syarief Nugraha Madu (ketua tim), Ilsa Alziza Khan Gandeguay, dan Maulana Ceratta, di bawah bimbingan dua dosen pembimbing, Ardhyansyah Mualo, S.Kom., M.T., dan Riyadh Arridha, S.Kom., M.T.
Inspirasi SIPEKA lahir bukan dari ruang kelas, melainkan dari obrolan sederhana Haikal dengan Bhabinkamtibmas Bripka Rahmat di Fakfak.
Dari percakapan itu, mereka menemukan kenyataan bahwa setiap minggu rata-rata terdapat 6–7 laporan kriminal di tiga distrik utama Fakfak.
Permasalahan utama bukan pada kurangnya aparat, melainkan lambatnya respons akibat sulitnya akses dan topografi wilayah yang menantang.
Dari kegelisahan inilah, gagasan SIPEKA mulai dikembangkan. Aplikasi ini menghadirkan tiga fitur unggulan yang saling terintegrasi: AI Face Recognition untuk mengidentifikasi pelaku secara cepat, Emergency Button yang tetap aktif meski ponsel petugas dalam mode senyap, serta Geolocation yang membantu aparat menemukan lokasi kejadian dengan rute tercepat.
“SIPEKA kami rancang untuk menjawab persoalan keamanan masyarakat di daerah dengan kondisi geografis yang sulit. Ini bukan sekadar proyek lomba, tapi sistem yang memang dibutuhkan masyarakat,” ujar Haikal.
Dalam babak final KMIPN VII yang digelar di tingkat nasional, tim PALANG tampil memukau. Presentasi mereka dinilai paling komprehensif di antara peserta lain.
Tak hanya menonjolkan aspek teknis, tim juga menunjukkan koordinasi nyata dengan Polres Fakfak, bukti bahwa inovasi mereka memiliki pijakan lapangan yang kuat.
“Dari cara mereka memaparkan ide, juri bisa melihat bahwa proyek ini tidak hanya canggih secara teknologi, tetapi juga siap diterapkan di dunia nyata,” ungkap salah satu dewan juri yang dikutip dari panitia KMIPN.
“Kami sudah sangat bersyukur masuk lima besar. Jadi ketika nama Politeknik Negeri Fakfak disebut sebagai Juara Pertama Overall, saya langsung menangis. Rasanya luar biasa,” kenang Ilsa Alziza, anggota tim.
Bagi Polinef, kemenangan ini bukan yang pertama. Tahun sebelumnya, tim dengan formasi yang sama juga berhasil meraih Medali Emas di ajang Indonesia International Applied Science Project Olympiad (I2ASPO) tahun 2023. Bedanya, waktu itu Maulana Ceratta menjadi ketua tim, sedangkan Haikal dan Ilsa berperan sebagai anggota.
“Saya sudah percaya dengan tim ini sejak awal. Pengalaman kami di I2ASPO jadi modal kuat menghadapi KMIPN. Kami tahu bagaimana cara membagi tugas, mengatur waktu, dan menyusun strategi,” ujar Haikal penuh keyakinan.
Prestasi berturut-turut ini menjadi bukti nyata bahwa kualitas mahasiswa dari Polinef tidak kalah dengan kampus besar di Jawa dan kota metropolitan lainnya.
Bagi Haikal, Ilsa, dan Maulana, kemenangan di KMIPN VII menjadi penutup manis masa studi mereka di Polinef.
“Kami berharap prestasi ini bisa menjadi motivasi untuk adik-adik di kampus agar terus berinovasi. Jangan pernah merasa kecil hanya karena berasal dari daerah,” kata Haikal.
Sementara dosen pembimbing, Ardhyansyah Mualo, mengaku bangga atas capaian anak didiknya.
“Mereka bekerja keras, bukan hanya untuk lomba, tapi benar-benar untuk menciptakan solusi bagi masyarakat. Itu yang membuat karya ini istimewa,” ujarnya.
Ke depan, tim PALANG berencana memperluas pengembangan SIPEKA agar dapat diimplementasikan secara resmi bersama pihak kepolisian dan pemerintah daerah Fakfak.
Kemenangan Polinef di ajang nasional ini menjadi simbol bahwa inovasi dan semangat tidak terbatas pada wilayah atau fasilitas.
Dengan kerja keras, kolaborasi, dan ketulusan, anak muda dari ujung timur Indonesia pun mampu bersaing dan bahkan menjadi yang terbaik di tingkat nasional.
“Ini bukan hanya kemenangan kami, tapi kemenangan untuk seluruh mahasiswa di Indonesia timur,” ujar Ilsa menutup dengan senyum bangga. (st/pr)
Dapatkan berita terupdate dari PrimaRakyat.Com di:











Tinggalkan Balasan