Fakfak – Suasana khusyuk dan penuh perenungan menyelimuti Gedung Gereja Kristen Injili (GKI) Jemaat Imanuel Fakfak saat umat memperingati Jumat Agung, Jumat (18/4/2025).
Ibadah dimulai pukul 09.00 WIT dan berlangsung hingga pukul 10.30 WIT, diikuti dengan antusiasme dan kesungguhan hati oleh seluruh jemaat yang hadir.
Jumat Agung merupakan momen sakral bagi umat Kristiani untuk mengenang pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib demi penebusan dosa umat manusia.
Dalam ibadah yang berlangsung tenang dan penuh makna ini, umat diajak merenungkan kembali makna salib dan kasih Allah yang tak terhingga.
Pendeta Frangki Paksoal, S.Th., memimpin jalannya ibadah dan menyampaikan khotbah yang diambil dari Matius 27:32–44, dengan tema “Yesus Disalibkan.”

Dalam khotbahnya, Pendeta Frangki Paksoa menggambarkan penderitaan Yesus Kristus tidak hanya dari sisi fisik, tetapi juga secara spiritual, sebagai wujud kasih Allah yang sempurna bagi manusia.
“Ketika kita melihat Yesus dipaksa memikul salib-Nya, dihina, dicela, dan akhirnya disalibkan di antara dua penyamun, kita diingatkan bahwa pengorbanan-Nya bukan hanya penderitaan fisik, melainkan juga spiritual demi penebusan dosa-dosa kita,” ujar Pendeta Frangki.
Ia menegaskan dalam penderitaan-Nya, Yesus tetap menunjukkan kasih dan ketaatan yang utuh kepada kehendak Bapa di surga. Bahkan di tengah cercaan dan siksaan, Yesus menjadi teladan pengampunan dan kasih tanpa syarat.
“Jumat Agung bukan hanya mengenang kematian Yesus, tetapi menjadi ajakan bagi kita untuk hidup dalam kasih, pengorbanan, dan pengharapan akan kebangkitan,” tegasnya.
Mengutip Yohanes 3:16, Pendeta Frangki mengingatkan jemaat bahwa kasih Allah yang besar telah nyata melalui pengorbanan Anak-Nya. Ia mengajak umat untuk tidak memandang Jumat Agung hanya sebagai perayaan tahunan, melainkan sebagai panggilan untuk hidup dalam pertobatan dan kesetiaan sejati.
“Apakah kita sungguh menghargai salib Kristus dengan hidup benar di hadapan Tuhan, ataukah kita tetap hidup dalam dosa seolah salib itu tak bermakna?” tanyanya dengan nada penuh makna.
Di akhir khotbah, Pendeta Frangki mengajak jemaat untuk merespons kasih Allah dengan hidup dalam kesetiaan, meninggalkan dosa, dan melayani Tuhan dengan sepenuh hati.
“Yesus tidak berdosa. Dia suci. Tetapi Ia memilih untuk menggantikan posisi kita. Salib bukan sekadar simbol, salib adalah lambang kasih yang sejati,” tuturnya penuh haru.
Ibadah Jumat Agung di GKI Jemaat Imanuel Fakfak ini menjadi momen perenungan yang mendalam bagi jemaat, sekaligus penguatan iman dalam menyambut sukacita Paskah yang segera tiba. (st/pr)
Dapatkan berita terupdate dari PrimaRakyat.Com di:
Tinggalkan Balasan