Fakfak – Ibadah Minggu pagi yang dirangkaikan dengan pelayanan Perjamuan Kudus di Gereja Kristen Injili (GKI) Jemaat Imanuel Fakfak, Minggu (19/10/2025), berlangsung khidmat.

Ibadah dipimpin Pendeta Frangki Paksoal, S.Th, yang dalam khotbahnya mengangkat tema “Konsekuensi dari Suatu Pilihan”, berdasarkan pembacaan Alkitab dari II Tawarikh 7:11–22.

Dalam khotbahnya, Pendeta Frangki menegaskan, setiap pilihan yang dibuat manusia, baik dalam kehidupan rohani maupun sehari-hari, selalu membawa konsekuensi.

Ia mengajak jemaat untuk belajar dari kisah Raja Salomo yang setelah membangun Bait Allah, menerima peringatan langsung dari Tuhan tentang pentingnya kesetiaan.

“Tuhan menampakkan diri kepada Salomo dan menyatakan Ia berkenan atas rumah yang dibangun itu. Namun, Tuhan juga memberi peringatan bahwa kesetiaan harus dijaga. Jika berpaling dari Tuhan, maka akibatnya akan berat,” tutur Pendeta Frangki.

Menurutnya, pesan tersebut tidak hanya berlaku bagi Salomo, tetapi juga bagi umat Tuhan di masa kini. Setiap orang percaya senantiasa diingatkan untuk hidup dalam ketaatan dan kesetiaan kepada Tuhan di tengah godaan dunia yang menawarkan kenikmatan dan kemudahan.

“Banyak hal di luar sana tampak menarik dan menjanjikan kesenangan. Tetapi jika itu membuat kita berpaling dari Tuhan, kita sedang memilih jalan yang membawa kehancuran,” ujarnya menegaskan.

Pendeta Frangki mengingatkan, Tuhan tidak menghendaki kesetiaan yang setengah hati. Ia menginginkan hati umat-Nya sepenuhnya tertuju kepada-Nya, sebagaimana Tuhan sendiri memberikan perhatian sepenuhnya kepada manusia.

Dalam bagian lain khotbahnya, ia juga menyinggung makna Perjamuan Kudus sebagai bentuk peringatan atas pengorbanan Kristus di kayu salib. Setiap kali umat mengambil bagian dalam roti dan anggur, itu bukan sekadar ritual, melainkan pernyataan iman untuk hidup setia di hadapan Tuhan.

“Ketika kita makan roti dan minum dari cawan, kita sedang berkata dalam hati: ‘Ya Tuhan, aku mau setia kepada-Mu.’ Karena itu, sebelum datang ke meja perjamuan, kita harus memeriksa diri apakah kita benar-benar hidup dalam kesetiaan atau hanya mengikuti kebiasaan tanpa makna,” kata Pendeta Frangki.

Ia menambahkan, kesetiaan kepada Tuhan menuntut komitmen yang nyata dalam perkataan, perbuatan, dan sikap sehari-hari. Dunia akan melihat kasih Tuhan melalui kehidupan umat yang tetap taat dan tidak goyah oleh godaan duniawi.

“Tuhan tidak memaksa kita untuk taat, tetapi setiap pilihan membawa akibat. Ketika kita memilih untuk hidup bersama Tuhan, ada damai sejahtera. Namun jika berpaling dari-Nya, kita akan kehilangan hadirat dan berkat-Nya,” pesannya.

Di akhir khotbah, Pendeta Frangki mengajak jemaat untuk menjadikan hidup setia kepada Tuhan sebagai keputusan yang nyata setiap hari.

“Kita tidak hanya dipanggil untuk mengingat pengorbanan Kristus, tetapi juga untuk menjadi saksi hidup dari kasih dan perjanjian-Nya. Biarlah pilihan kita untuk setia kepada Tuhan terlihat dalam setiap tindakan dan perilaku kita,” pungkasnya.

Ibadah Perjamuan Kudus kemudian dilanjutkan dengan suasana penuh hikmat, ketika jemaat bersama-sama mengambil bagian dalam roti dan anggur sebagai lambang kesatuan dalam Kristus. (salmon teriraun)

Dapatkan berita terupdate dari PrimaRakyat.Com di: