Fakfak – Bupati Fakfak, Samaun Dahlan, S.Sos, M.AP yang diwakili oleh Asisten Perekonomian dan Administrasi Pembangunan Setda Kabupaten Fakfak, Arobi Hindom, S.Sos, M.Si secara resmi membuka Lokakarya II Penerjemahan Alkitab Bahasa Iha. Acara ini digelar di Jemaat GPI Papua Imanuel Werba, Fakfak Barat, pada Senin pagi, (10/3/2025).
“Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa Lokakarya II Penerjemahan Alkitab Bahasa Iha, Senin 10 Maret 2025 secara resmi saya nyatakan dibuka. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberkati setiap niat baik bagi pengembangan Iman masyarakat di Kabupaten Fakfak,” ujarnya sembari menabuh Tifa.
Lokakarya ini akan berlangsung hingga 28 Maret 2025 ini diawali dengan ibadah yang dipimpin oleh Pdt. Dr. Ronald Helweldery, M.Si. Turut hadir dalam acara tersebut para hamba Tuhan serta jemaat GPI Papua Imanuel Fakfak.
Bupati Samaun Dahlan dalam sambutannya yang dibacakan Arobi Hindom menyampaikan apresiasi dan dukungan penuh terhadap penyelenggaraan lokakarya penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Iha.


Menurutnya, kegiatan ini sangat penting untuk menumbuhkan dan mengembangkan iman masyarakat Kabupaten Fakfak, khususnya dalam memahami firman Tuhan melalui bahasa yang lebih dekat dengan keseharian mereka.
“Atas nama pribadi dan pemerintah Kabupaten Fakfak, saya memberikan apresiasi dan menyambut baik kegiatan lokakarya penerjemahan Alkitab dalam bahasa Iha. Ini merupakan langkah penting untuk meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap ayat-ayat firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Bupati juga menekankan bahwa penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Iha akan memudahkan masyarakat, terutama yang tinggal di pelosok Fakfak, untuk memahami firman Tuhan secara lebih mendalam.
Selama ini, banyak masyarakat yang kesulitan memahami Alkitab karena ditulis dalam bahasa Indonesia, yang tidak sepenuhnya mereka kuasai. Dengan adanya terjemahan dalam bahasa Iha, diharapkan firman Tuhan dapat lebih mudah dipahami dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Penerjemahan kitab suci bukanlah tugas yang mudah. Selain perbedaan bahasa, perbedaan budaya juga dapat menimbulkan kesalahpahaman. Tugas para penerjemah adalah menjembatani kesulitan tersebut dengan meneliti makna teks seakurat mungkin, sambil menjaga makna teologisnya.
Proses ini membutuhkan waktu dan dedikasi yang tinggi, bahkan bisa dikatakan bahwa penerjemahan Alkitab tidak pernah benar-benar selesai seratus persen.
Tujuan utama dari penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa lokal adalah agar firman Tuhan dapat diakses oleh semua orang dalam bahasa mereka sendiri. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan kecintaan umat terhadap ajaran Alkitab, sekaligus melestarikan budaya dan bahasa daerah.
“Saya yakin dan percaya bahwa dengan adanya Alkitab dalam bahasa daerah, kecintaan umat terhadap firman Tuhan akan semakin meningkat. Selain itu, ini juga menjadi sarana untuk melestarikan adat dan budaya lokal,” tambah Bupati Samaun Dahlan.
Pemerintah daerah Kabupaten Fakfak memberikan dukungan penuh terhadap pelaksanaan lokakarya ini. Diharapkan, hasil dari lokakarya ini dapat segera diimplementasikan dalam bentuk Alkitab terjemahan bahasa Iha, yang akan berdampak positif bagi pelestarian budaya asli Fakfak.
Sementara itu, Wakil Ketua I Majelis Pekerja Sinode (MPS) Gereja Protestan Indonesia (GPI) di Papua, Pdt. Rudy Falirat, S.Th menyatakan bahwa gereja memiliki tanggung jawab untuk mewujudkan pengembangan pelayanan jemaat. Salah satunya adalah dengan memperhatikan bahasa lokal atau bahasa ibu, yang merupakan bahasa hati masyarakat.
“Bahasa hati ini harus diterjemahkan ke dalam bahasa Iha agar masyarakat dapat lebih mudah memahami pesan-pesan Allah dalam firman-Nya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Pdt. Rudy.
Kepala Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Sekolah Tinggi Teologi (STT) GPI Papua, Pendeta Dr. Ronald Helweldery, M.Si megawali laporannya menyebutkan, penerjemah utama Alkitab Bahasa Iha adalah masyarakat lokal yang merupakan penutur asli bahasa Iha.
Tiga orang yang aktif terlibat dalam proyek ini adalah Penatua John Elvin Hindom dari Tetar, Penatua Manasye Tuturop dari Kampung Sum, dan Jordan Komber dari Kampung Mitimber. Ketiganya telah terlibat sejak tahun 2023 dan telah teruji kemampuannya dalam menggunakan aplikasi penerjemahan serta perangkat teknologi seperti laptop.
“Sedangkan saya bersama ibu Pdt Ria Aploni, bertugas memberikan pendampingan teknis, prinsip-prinsip penafsiran, dan teologi,” ujarnya sembari menyebutkan prinsip penerjemahan dan 10 langkah penterjemahan secara rinci.
Proses penerjemahan ini bersifat terbuka dan melibatkan partisipasi masyarakat lokal. Setelah tahap penerjemahan selesai, hasilnya akan diuji oleh Pembantu Uji Coba (PUC) dari berbagai kelompok masyarakat, termasuk pemuda.
Program penerjemahan Alkitab ke dalam bahasa Iha telah melalui berbagai tahapan sejak Maret 2023, mulai dari penelitian bahasa, penyusunan proposal, hingga pelatihan pertama pada Februari 2024 di Waisai, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, dan Lokakarya pertama di Sorong Dom pada Juli 2024. Lokakarya kedua ini difokuskan di Fakfak, setelah sebelumnya digabungkan dengan kegiatan di Sorong.
“Saya berharap pada tahun 2026 kita sudah dapat melihat hasil dedikasi tim penerjemah dalam bahasa Iha,” ujar Pdt Helweldery.
Dengan adanya Alkitab dalam bahasa Iha, diharapkan generasi muda Kristen di Fakfak dapat lebih memahami firman Tuhan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini juga diharapkan dapat memperkuat iman dan spiritualitas mereka, serta melestarikan budaya dan bahasa lokal. (st/pr)
Tinggalkan Balasan