Kaimana – Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kaimana, Ustadz Muhammad Zein Farissa, mengumumkan, warga Muhammadiyah di Kaimana akan memulai puasa Ramadhan pada tanggal 1 Maret 2025.
Penetapan ini berdasarkan surat edaran dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang menetapkan 1 Ramadhan 1446 Hijriyah jatuh pada tanggal tersebut.

Dalam acara Tarhib Ramadhan yang digelar di Pantai Bantemi Kaimana, Ustadz Zein Farissa menyampaikan imbauan kepada seluruh pengurus dan warga Muhammadiyah untuk mengikuti ketetapan tersebut.
“Saya ingin mengimbau kepada pengurus dan warga Muhammadiyah bahwa pelaksanaan puasa kali ini mengikuti surat edaran dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yaitu dimulai pada tanggal 1 Maret 2025,” ujarnya.
Meskipun demikian, Ustadz Zein, yang juga menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kaimana, menekankan pentingnya menunggu pengumuman resmi dari pemerintah pusat terkait penentuan awal puasa.


“Saat ini, pengumuman dari pemerintah pusat belum ada, jadi saya imbau warga Muhammadiyah untuk tetap mengikuti tanggal 1 Maret 2025. Sementara itu, umat Islam lainnya di Kaimana diharapkan menunggu pengumuman dari pemerintah pusat yang akan diumumkan pada Sidang Isbat Jumat, 28 Maret 2025,” jelasnya.
Ustadz Zein Farissa juga menyampaikan bahwa jika hasil Sidang Isbat pemerintah pusat memutuskan 1 Maret 2025 sebagai hari pertama puasa, maka seluruh umat Islam di Kaimana akan melaksanakan puasa secara bersama-sama.
Namun, ia mengingatkan agar masyarakat saling menghormati jika terjadi perbedaan penetapan 1 Ramadhan antara Muhammadiyah dan pemerintah pusat.
“Kita harus saling menghormati perbedaan ini tanpa melakukan hal-hal yang dapat mengganggu kesatuan umat di Kaimana,” tegasnya.
Ustadz Zein berharap agar perbedaan tersebut tidak menimbulkan perpecahan dan mengajak masyarakat Kaimana untuk menjaga keharmonisan serta kesatuan umat Islam.
Adanya perbedaan penetapan awal Ramadhan yang kerap terjadi antara Muhammadiyah dan pemerintah, Ustadz Zein menekankan pentingnya toleransi dan saling menghargai.
“Perbedaan ini adalah hal yang wajar dalam metode penentuan awal bulan Hijriyah. Yang terpenting adalah kita tetap menjaga persatuan dan kerukunan di tengah masyarakat,” ujarnya.
Sebagai informasi, Muhammadiyah menggunakan metode hisab (perhitungan astronomis) dalam menetapkan awal bulan Hijriyah, sementara pemerintah biasanya menggelar Sidang Isbat yang melibatkan metode rukyat (pengamatan bulan).
Meskipun demikian, kedua metode ini memiliki dasar yang kuat dalam Islam, dan perbedaan hasilnya kerap terjadi.
Dengan semangat menjaga persatuan, Ustadz Zein Farissa mengajak seluruh umat Islam di Kaimana untuk menyambut Ramadhan dengan penuh sukacita dan persiapan yang matang.
“Mari kita sambut bulan suci Ramadhan dengan penuh kegembiraan dan persiapan rohani yang baik. Semoga ibadah puasa kita tahun ini diterima oleh Allah SWT,” tutupnya. (tm/pr)
Dapatkan berita terupdate dari PrimaRakyat.Com di:
Tinggalkan Balasan