Jakarta – Mendes, sosok yang mempopulerkan bossa nova di kalangan penonton global pada tahun 1960-an, meninggal  akibat dampak penyakit covid jangka panjang, kata keluarganya.

Dalam sebuah pernyataan, keluarga Mendes mengatakan bahwa, Ia meninggal dengan tenang di kota asalnya, Los Angeles pada Jumat(06/09/2024) kata, Istri dari Sergio Mendes, sekaligus rekan bermusiknya selama 54 tahun terakhir, Gracinha Leporace Mendes.

“Mendes menggial dengan tenang di sisi kami,” kata Gracinha dikutip dari The Guardian, Pada Sabtu (07/09/2024).

Mendes terakhir kali tampil pada November 2023 di Paris, London, dan Barcelona dengan tiket yang terjual habis dan sambutan penonton yang luar biasa,” kata mereka. “Selama beberapa bulan terakhir, kesehatannya terganggu oleh dampak Covid jangka panjang.”

Musisi-musisi besar Brasil lainnya memberikan penghormatan kepada sahabat mereka ketika berita kepergiannya tersebar di tanah kelahirannya, Brasil.

Ucapan dukacita datang dari musisi – musisi Brazil yang juga dikenal sebagai negara sepak bola.

“Beristirahatlah dalam damai, jenius tercinta,” tulis penyanyi legendaris Milton Nascimento di Instagram.

“Begitu banyak tahun persahabatan, kemitraan, dan musik – dan dia akan selalu bersama saya, di hati saya,” tambah Nascimento.

Penyanyi dan juga penulis lagu, Marcos Valle mengenang temannya, Mendes sebagai pelopor subgenre bossa nova, samba jazz, selama tahun 1960-an.

“Dia adalah duta musik populer Brasil, dalam semua dimensi yang berbeda,” kata Valle kepada jaringan televisi GloboNews dikutip dari the guardian.

Musisi Brasil ternama lainnya, seperti João Bosco, mengatakan bahwa negaranya telah kehilangan bukan hanya seorang musisi hebat, pianis, dan arranger, tetapi juga seorang “pemikir musik Brasil” yang luar biasa.

Bosco menyebut album Mendes tahun 1962, Você Ainda Não Ouviu Nada! ( red : Kamu Belum Mendengar Apa-Apa!), sebagai tonggak dalam musik instrumental Brasil.

Musisi Amerika, Herb Alpert, yang membantu Mendes memulai karir internasionalnya, menyebut Mendes sebagai “saudara dari negara lain”.

“Dia adalah sahabat sejati dan musisi yang sangat berbakat, yang membawa musik Brasil dalam segala bentuknya ke seluruh dunia dengan elegan dan penuh kegembiraan,” tulis Alpert di Instagram, bersama foto mereka di studio.

Sekilas Tentang Sérgio Mendes Medes

Lahir di Niterói pada 11 Februari 1941, Sérgio Mendes belajar piano klasik sejak kecil. Ayahnya, seorang dokter, awalnya Ayahnya, mendorong Mendes untuk mengikuti jejaknya, tetapi Sang Ayah berubah pandangannya setelah melihat minat dan bakat Mendes yang berkembang dalam musik jazz.

“Ketika dia melihat saya bermain dan melihat bahwa saya baik-baik saja dengan band, dia mulai membiarkan saya melakukan apa yang saya sukai,” kenang Mendes dalam sebuah wawancara pada tahun 2005.

Mendes memulai karier musiknya sebagai remaja pada akhir 1950-an, bermain di klub malam Rio saat bossa nova mulai menjadi sensasi internasional. Dibimbing oleh pelopor bossa nova, Antônio Carlos Jobim, Mendes membentuk band Sexteto Bossa Rio dan merilis album debut instrumentalnya, Dance Moderno, pada tahun 1961. Mendes menjadi kolaborator yang dicari oleh musisi Amerika, termasuk Cannonball Adderley dan Herbie Mann, yang dengannya ia merekam musik pada awal 1960-an.

Pada tahun 1964, Mendes pindah ke Los Angeles, menandatangani kontrak dengan Capitol Records, dan membentuk band Brasil ’65. Setelah merilis dua album dengan penjualan rendah, grup ini merekrut dua penyanyi, Lani Hall dan Bibi Vogel, untuk bernyanyi dalam bahasa Inggris, dan berganti nama menjadi Brasil ’66. Diproduksi oleh Herb Alpert, album mereka menjadi platinum sebagian berkat sukses lagu Mas Que Nada, yang kembali ia rekam pada 2006 bersama Black Eyed Peas.

Pada tahun 1968, Mendes meraih audiens yang lebih luas ketika ia tampil membawakan The Look of Love di siaran televisi Academy Awards, dan versi lagu tersebut oleh Brasil ’66 mencapai Top 10 di AS. Ini menjadikan Mendes bintang yang tampil untuk presiden dan di Expo Dunia Jepang pada tahun 1970, serta menjadi duta internasional bossa nova.

 “Anda bisa merasakannya secara organik,” katanya tentang genre tersebut pada tahun 2005. “Itu membuat Anda bermimpi dan merasa baik. Ritmenya sangat kuat sehingga Anda bisa menari, dan melodi-melodinya begitu memikat sehingga bisa Anda bawa saat tidur, untuk diingat dan dinyanyikan.”

Mendes terus merekam musik sepanjang 1970-an dan 80-an, dan meraih hit nomor 4 lainnya pada 1983 dengan versinya dari lagu Barry Mann dan Cynthia Weil, Never Gonna Let You Go.

Pada 2006, Mendes merilis album comeback Timeless, diproduksi oleh will.i.am dari Black Eyed Peas. Album ini menampilkan penampilan tamu dari Erykah Badu, Q-Tip, Stevie Wonder, dan Justin Timberlake, mencerminkan banyak rekaman rap bawah tanah yang menyampel musik Mendes.

Mendes juga membantu memproduksi musik untuk film animasi Rio dan Rio 2, serta dinominasikan untuk Oscar lagu orisinal terbaik pada 2012 untuk lagu Real in Rio.

Ia juga memenangkan Grammy untuk album dunia terbaik pada 1992 dengan Brasileiro. Mendes terus tampil hingga tahun lalu, dan album terbarunya, In the Key of Joy, dirilis pada tahun 2020. Ia meninggalkan istrinya, Leporace, dan lima anak. (jm/pr)