Fakfak – Nurull Naisin, S.S, MTESOL seorang profesional dan trainer dalam bidang bahasa Inggris, mengatakan, semua usia bisa belajar bahasa Inggris, tetapi belajar bahasa Inggris sedini mungkin akan lebih bagus.
“Sedini mungkin belajar bahasa Inggris akan lebih bagus. Sebab saat usia anak-anak 1 hingga 5 tahun, itu adalah golden age untuk belajar bahasa Inggris atau bahasa asing lainnya,” tuturnya saat dihubungi di Bali, melalui telepon, Kamis (28/12/2023).
Karena menurutnya hemisphere otak kanan dan otak kiri anak-anak masih tersambung, sehingga penyerapan bahasa Inggris anak akan lebih cepat. Di usia 1 hingga 5 tahun anak-anak akan sensitif terhadap bunyi-bunyi yang baru di dengarnya.
“Anak akan sensitif terhadap setiap bunyi, itulah mengapa anak-anak kecil yang ikut orang tua belajar atau kerja ke luar negeri memiliki aksen seperti native (red: penduduk asli), namun ini tidak berarti pembelajar dewasa tidak bisa , pembelajar dewasa memiliki kemampuan analisa. Pembelajar dewasa lebih cepat mempelajari pola-pola grammar atau tata bahasa dalam bahasa Inggris, ” tambah Nurull.
Tahapan belajar bahasa Inggris idealnya sealami tahapan belajar bahasa ibu (red : bahasa pertama) ada 4 tahapan dalam language acquisition (pembelajaran/penguasaan bahasa, diantaranya menyimak (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), menulis (writing). Dengan urutan ini, belajar bahasa Inggris jadi lebih alami, mudah dan menyenangkan.
“Contoh saat kecil, hal yang kita lakukan adalah mendengar orang sekitar berbicara (listening), lalu meniru kata-kata, “mama atau Mam” (speaking). Setelah itu kita mulai belajar membaca ABCD (reading) dan mulai latihan menuliskan hingga fasih berbicara, menulis dan membaca hingga saat ini. Belajar bahasa Inggris idealnya seperti itu juga,” paparnya.
Untuk listening mulai dengan apa yang kita suka, seperti mendengarkan lagu, menonton film, podcast, acara TV, Youtube, siaran radio yang memakai bahasa Inggris.
“Untuk speaking , belajar ucapkan yang didengar/dibaca. Bisa dari tataran kata hingga kalimat atau bercakap-cakap dengan yang lain baik tatap muka maupun online,” jelasnya.
Sedangkan untuk reading bisa dimulai dengan membaca artikel, novel atau tulisan lainya yang ditulis dalam bahasa Inggris. Tentunya ini bisa dibarengi dengan belajar grammar di buku khusus dan menambah kosakata serta memahami tenses .
“Untuk writing, kita bisa mulai produksi kalimat-kalimat bahasa Inggris dalam tulisan, bisa dengan memberi komentar di group sosial media yang ada native speaker (red : penutur asli), menulis jurnal harian, atau apa saja yang bisa kita tuangkan dalam bentuk tulisan berbahasa Inggris,” sambungnya.
Kemudian menanggapi hal yang sering dikemukakan khalayak umum, bahwa belajar bahasa Inggris itu lebih baik belajar speaking dalam porsi yang banyak ketimbang reading , writing dan listening.
Nurull menekankan, tidak bisa dikatakan salah atau juga benar 100 %. Bercakap-cakap dalam bahasa Inggris itu melatih vocabulary, grammar dan keberanian.
“Salah satu kunci sukses belajar bahasa Inggris adalah mau mencoba speaking walau belum sempurna. Mental yang harus dipakai adalah tidak takut salah, kalau salah, bisa diperbaiki,” jawab wanita berjilbab tersebut.
Sementara itu, Nurull juga mengungkapkan ada beberapa kendala yang menghambat seseorang tidak termotivasi atau sulit berbahasa Inggris, diantaranya, kurangnya motivasi pribadi, tidak adanya sumber pembelajaran, Fixed Mindset , takut dengan tanggapan orang lain.
“Belajar bahasa Inggris itu seperti bermain sepeda, bahasa adalah skill yang bisa dipelajari siapa saja, untuk itu tetaplah memotivasi diri, cari sumber pembelajaran yang tersedia di internet, yakin pasti bisa dan jangan takut salah atau takut apa kata orang,” katanya.
“Bahasa Inggris di zaman global dapat membuka pintu-pintu kesempatan dan melesatkan seseorang lebih jauh dalam hidup, bahasa inggris memberi akses tak terbatas ke informasi,” pungkas wanita yang saat ini menetap dan bekerja di Bali sebagai Businesses Communication Trainer di salah satu Perusahaan IT terbesar di Indonesia.
Diketahui Nurull Naisin, S.S., MTESOL mengenyam pendidikan S1-Sastra Inggris di UNIPA dan Beasiswa The Indonesia English language Study Program di Amerika serta S2- Master Of Teaching English As a Second language (MTESOL) di Flinders University, Australia. (jm/pr)
Tinggalkan Balasan