Kupang – Mgr. Petrus Turang, Uskup Agung Emeritus Keuskupan Agung Kupang, adalah salah satu tokoh penting dalam Gereja Katolik Indonesia. Lahir di Tataaran, Tomohon, Manado pada 23 Februari 1947, beliau berasal dari keluarga unik yang mencerminkan keberagaman. Ayahnya, G. Relwani, adalah seorang penganut Hindu berkebangsaan India, sedangkan ibunya, Yakomina Turang, seorang Katolik asal Minahasa.
Pendidikan dan Pembinaan Imam
Pendidikan dasar Petrus Turang dimulai di Sekolah Dasar Katolik Tataaran, Tomohon, dan diselesaikannya pada tahun 1955. Ia kemudian melanjutkan ke Seminari Menengah Kakaskasen Tomohon, lulus SMP pada 1962 dan SMA pada 1967.
Setelah menamatkan pendidikan menengah, Petrus Turang menjalani pembinaan calon imam di Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng dari tahun 1968 hingga 1974. Di sana ia meraih gelar sarjana dalam bidang Teologi dan Filsafat. Tak berhenti di situ, pada tahun 1975, ia melanjutkan studi ke Universitas Kepausan Gregorian di Roma dan meraih gelar Lisensiat dalam Ilmu Sosial.
Pengabdian dalam Gereja

Pada 18 Desember 1974, Petrus Turang ditahbiskan menjadi imam di Keuskupan Manado. Setahun kemudian, ia menjadi pastor rekan di Gereja Katedral Manado. Dari tahun 1979 hingga 1984, ia dipercaya menjalankan perutusan ganda sebagai Delegatus Sosial Keuskupan Manado serta dosen Ilmu Sosial di Seminari Tinggi Pineleng.
Pelayanannya juga meluas di tingkat nasional. Ia menjadi Sekretaris Komisi Pembangunan Ekonomi dan Sosial di Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) dari tahun 1984 hingga 1996, dan menjabat Direktur Nasional Karya Kepausan Indonesia pada 1994–1997.
Menjadi Uskup Agung Kupang
Pada 21 April 1997, Paus Yohanes Paulus II mengangkat Petrus Turang sebagai Uskup Agung Koajutor Keuskupan Agung Kupang, untuk mendampingi Mgr. Gregorius Manteiro yang kesehatannya menurun. Ia ditahbiskan menjadi uskup pada 27 Juli 1997 dalam sebuah misa agung yang diadakan di Arena Promosi Hasil Kerajinan Tangan Rakyat NTT, Fatululi, Kupang.
Tahbisan tersebut dipimpin oleh Uskup Agung Jakarta, Kardinal Julius Darmaatmadja, SJ, dengan didampingi oleh Nuncio Apostolik untuk Indonesia, Uskup Pietro Sambi, dan Uskup Agung Kupang saat itu, Mgr. Gregorius Manteiro, SVD. Setelah Manteiro wafat pada 10 Oktober 1997, Turang resmi menjadi Uskup Agung Kupang.
Selama masa kepemimpinannya, Uskup Petrus Turang mengusung motto: Petransiit benefaciendo – “Ia berkeliling sambil berbuat baik” (Kisah Para Rasul 10:38).
Ia juga dikenal sebagai penahbis bagi para uskup lainnya: Mgr. Alberto Ricardo da Silva (Uskup Dili, 2004) dan Mgr. Dominikus Saku (Uskup Atambua, 2007). Pada 9 Maret 2024, ia mengumumkan penunjukan Mgr. Hironimus Pakaenoni sebagai penerusnya di Keuskupan Agung Kupang, dan turut serta dalam tahbisan episkopal Mgr. Roni pada 9 Mei 2024.
Masa Pensiun dan Akhir Hidup
Mgr. Turang telah lama berjuang dengan masalah kesehatan, terutama jantung. Ia menjalani beberapa prosedur medis, termasuk pemasangan tiga stent. Seiring waktu, kondisinya semakin menurun. Pada awal 2025, ia sering dirawat di rumah sakit dan akhirnya dirujuk ke RS Pondok Indah, Jakarta, pada bulan Maret karena komplikasi pada jantung, paru-paru, dan ginjal.
Meskipun menerima perawatan intensif, kesehatannya terus memburuk. Pada pagi hari tanggal 4 April 2025, Mgr. Petrus Turang wafat. Jenazahnya sempat disemayamkan di Katedral Jakarta, di mana para tokoh nasional, termasuk Presiden Republik Indonesia, turut menyampaikan belasungkawa.
Jenazah kemudian dibawa ke Kupang pada 5 April 2025 dan disemayamkan di Gereja Katedral Kristus Raja Kupang. Untuk upacara terakhir dan dimakamkan pada selasa 08 April 2025 . (Newsline.id/RD/ Wikipedia – Youtube Keuskupan Agung Kupang/pr)
Dapatkan berita terupdate dari PrimaRakyat.Com di:
Tinggalkan Balasan