Ambon – Hujan deras yang mengguyur wilayah Seram Bagian Timur (SBT), Maluku selama beberapa hari terakhir menyebabkan luapan air yang memicu banjir besar.
Salah satu dampak terparah adalah robohnya jembatan sementara atau Bailey di Desa Dawang, Kecamatan Teluk Waru, yang baru saja dibangun oleh Pemerintah Kabupaten.

Jembatan Wai Mer tersebut nyaris putus total akibat diterjang banjir, sementara jembatan sementara dengan rangka Bailey juga ikut ambruk.
Kasatker Wilayah II PJN Maluku, Toce Lewol, yang dihubungi oleh media pada Rabu (26/2/2025), membenarkan kejadian tersebut.
Menurutnya, jembatan sementara itu dibangun untuk memastikan kendaraan bermotor dapat melintas. Namun, hujan yang turun selama empat hari berturut-turut menyebabkan jembatan tersebut tidak mampu menahan derasnya air banjir.


“Jembatan sementara itu dibangun agar kendaraan bermotor bisa melintas. Namun ternyata hujan empat hari menyebabkan jembatan roboh,” ungkap Toce.
Merespons kejadian ini, Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Maluku, Iqbal Tamher, bersama rombongan langsung turun ke lokasi pada malam hari untuk memastikan kondisi jembatan Wai Mer serta ruas jalan dan jembatan nasional di Pulau Seram.
“Kita malam ini langsung ke lokasi. Bersama Ka Balai juga,” kata Toce.
Menurut informasi dari Dandramil Bula, Lettu Infantri M. Djen Anjarang, yang dilaporkan oleh Babinsa setempat, jembatan tersebut ambruk pada Rabu sekitar pukul 18.15 WIT.
Hujan deras yang mengguyur daerah itu menjadi penyebab utama ambruknya rangka Bailey. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini. Namun, akses transportasi warga yang hendak menuju Kecamatan Tutuktolu, Kiandarat, dan Siritaun Wida Timur lumpuh total.
Sejumlah kendaraan yang menuju Kota Bula terpaksa harus menunggu hingga penanganan darurat dilakukan.
“Saat jembatan ambruk, tidak ada kendaraan yang melintas. Sementara ini, kami masih menunggu penanganan bantuan dari perusahaan Cahaya Mas Perkasa,” ungkap Anjarang.
Kejadian ini bukan kali pertama jembatan di wilayah tersebut mengalami kerusakan. Sebelumnya, jembatan darurat di Desa Kufar, ruas jalan Bula-Airnanang, juga ambruk.
Jembatan yang terbuat dari batang pohon kelapa itu tak kunjung diperbaiki oleh Pemerintah Provinsi maupun pemerintah daerah setempat.
Padahal, lokasi jembatan yang ambruk tersebut tidak jauh dari Bandara Kufar dan sering dilewati oleh para pejabat.
Salah satu warga, M. Nasir, mengungkapkan kekecewaannya. Menurutnya, warga sudah berulang kali memperbaiki jembatan tersebut secara swadaya menggunakan kayu dan batang pohon kelapa.
“Tapi begitulah, rusak lagi, rusak lagi. Seakan tak ada solusi dari pemerintah melihat kondisi ini,” ujarnya.
Saat ini, penanganan darurat jembatan yang ambruk tersebut dilakukan dengan bantuan PT Cahaya Mas Perkasa, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi.
Perusahaan tersebut diharapkan dapat segera memperbaiki jembatan agar masyarakat dapat kembali melintasi jalur tersebut.
Kejadian ini kembali menyoroti pentingnya perhatian serius dari pemerintah terhadap infrastruktur di daerah-daerah terpencil.
Tanpa penanganan yang tepat, masalah serupa mungkin akan terus berulang, mengancam mobilitas dan perekonomian warga setempat. (ameks/pr)
Dapatkan berita terupdate dari PrimaRakyat.Com di:
Tinggalkan Balasan