Fakfak – Tak terasa Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada sudah didepan mata, masing-masing Parpol (Partai Politik) dengan pasangan calon kepala daerah yang sudah diusung mulai memijakkan kaki, memasang kuda-kuda, tanda siap bertarung memenangkan suara dari masyarakat.
Namun dari pesta demokrasi 5 tahunan ini, acapkali ternodai dengan pelanggaran-pelanggaran kampanye tanpa mempedulikan aturan yang berlaku.
Jika ditelusuri beredar pelanggaran – pelanggaran kampanye yang berulang setiap 5 tahun, diantaranya, politik uang, PNS mendeklarasikan dukungan untuk pasalon kepala daerah tertentu, dan yang paling terbaru dan masih sering terjadi, salah satu Pendeta dari Gereja dedominasi tertentu mendeklarsikan dukungan kepada pasalon tertentu, dikutip dari salah satu portal berita.
Melihat dinamika Politik yang terjadi hingga masuk ke ruang privat seperti tempat Ibadah, Dr. Ronald Helweldery, S.Th., M.Si seorang Pendeta, Dosen dan juga pengamat Sosial-Politik di Kabupaten Fakfak, berpendapat, sebaiknya para Pendeta arif dalam menyuarakan aspirasi politik. Pendeta harus berdiri untuk semua komponen.
“Tidaklah arif, bila Mimbar Gereja digunakan untuk menyuarakan arahan berupa kampanye politik dalam konteks pilkada,” jelas Pria yang biasa disapa Bapa Rony, saat dihubungi primarakyat.com melalui pesan singkat WhatssApp, Pada Kamis (19/09/2024).
Ada 3 hal utama yang harus diperhatikan Gereja dalam menyambut pesta demokrasi, Pilkada 5 tahunan ini, yaitu memberikan dukungan moral pada setiap peristiwa politik, memberikan arahan; teologis, moral dan etika bagi partisipan, penyelenggara, kontestan maupun masyarakat, dan pendidikan politik bagi umat dan masyarakat luas.
Menurutnya, dari ketiga hal tersebut, Pendidikan politik memegang peranan penting, sebab pendidikan politik menjadi kunci bagi perubahan budaya politik transaksional menjadi budaya politik berbasis kinerja dan prestasi.
Dengan begitu, umat dapat menimbang dan mengevaluasi setiap figur yang diusung Partai Politik.
“Umat dapat menimbang, dari rekam jejak, visi-misi serta program strategis yang ditawarkan,” ujarnya.
Rony berharap Pendeta dan Gereja menjadi teladan dalam menyongsong pesta demokrasi Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dengan sangat arif dan bijaksana.
“Saya berharap setiap Pendeta dan Lembaga Gereja menjadi teladan,” tutup Rony. (jm/pr)











Tinggalkan Balasan